Lappung Literasi
Lappung Media Network Media Network
Lappung Media Network
  • Lappung
  • Lappung Balam
  • Lappung Bandar Jaya
  • Lappung Baradatu
  • Lappung Investigasi
  • Lappung Kalianda
  • Lappung Kotabumi
  • Lappung Literasi
  • Lappung Metro
  • Lappung Mahkamah
  • Lappung Menggala
  • Lappung Pekon
  • Lappung Pesawaran
  • Lappung Pringsewu
  • Lappung Politik
  • Lappung Tanggamus
  • Lihat Semua Media Network →
    • Artikel
    • Komunitas
    • Opini
    • Tips dan Trik Belajar
    No Result
    View All Result
    • Artikel
    • Komunitas
    • Opini
    • Tips dan Trik Belajar
    No Result
    View All Result
    Lappung Literasi
    No Result
    View All Result
    • Artikel
    • Komunitas
    • Opini
    • Tips dan Trik Belajar

    Home » Literasi yang Memerdekakan

    Literasi yang Memerdekakan

    Editor by Editor
    22/11/2021
    in Opini
    Literasi.lappung.com

    Sylvie Tanaga adalah Penulis dan Penyunting lepas, saat ini tinggal di Kota Bandung. Sumber Foto Twitter @Sylvietanaga

    Share on FacebookShare on Twitter

    Literasi – Bung Hatta tak sedang berpuisi manakala melontarkan kalimat ini. Di tengah kesibukan, beliau menggumuli buku saban hari selama berjam-jam.

    Ketika bepergian, kopernya pasti penuh buku. Dalam jeruji sel yang mengekang raga, buku jadi teman hidup yang membebaskan jiwa dan pikirannya –dan akhirnya membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu kolonialisme lewat ikrar Proklamasinya bersama Bung Karno.

    Saat pandemi Covid-19 menyergap dan memaksa dunia “diam sementara di rumah”, banyak orang merasa terpenjara, termasuk saya. Ruang gerak untuk melakukan ini dan itu begitu terbatas. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan…. saya mulai mengerti bagaimana  rasanya di penjara. Dalam penat yang menguji akal sehat, saya melirik kembali buku-buku di pojok rumah yang beberapa di antaranya belum dibaca sama sekali.

    Saya pun berpikir keras kapan pernah membeli buku-buku tersebut dan mengapa tak kunjung tersentuh. Kesibukan selama ini rupanya membuat saya pongah. Saya berpikir membaca buku adalah kegiatan “sampingan” jika ada waktu lebih. Bukan makanan pokok yang menutrisi jiwa dan pikiran. Saya cuma lapar mata saat membelinya.

    Dalam “penjara” inilah saya baru sadar betapa berharganya arti sebuah buku. Ia bukan sekadar goresan tinta dalam gelai-helai kertas. Ia menjelma ruh yang hidup manakala saya membacanya. Ia membawa pikiran bertualang bebas ke mana pun saya inginkan. Saat merenungkannya, ia menimbulkan gado-gado rasa yang menghujam empati dan kesadaran saya sebagai manusia yang kompleks. Singkatnya, buku memerdekakan saya.

    Page 1 of 5
    12...5Next
    Via: Sylvie Tanaga
    Tags: OpiniSylvie Tanaga
    ShareTweetSendShare
    Previous Post

    Literasi Kontekstual Yang Memerdekakan

    Next Post

    Pesta Sosial HMJ EKBIS Polinela Bersama KRBL

    Related Posts

    Literasi.lappung.com
    Opini

    Pendidikan di Masa Pandemi

    05/12/2021
    Literasi.lappung.com
    Opini

    Digitalisasi UMKM Kunci Pemulihan Ekonomi Nasional

    04/12/2021
    Literasi.lappung.com
    Opini

    Literasi Kontekstual Yang Memerdekakan

    21/11/2021
    Load More

    Populer Minggu Ini

      • Term Of Service
      • Redaksi
      • Pedoman Siber
      • Tentang Kami
      • kebijakan privasi
      • Disclaimer

      © 2022 Literasi Lappung.com All Right Reserved

      No Result
      View All Result
      • Artikel
      • Komunitas
      • Opini
      • Tips dan Trik Belajar
      Lappung Media Network Lappung Media Network
    • Lappung
    • Lappung Balam
    • Lappung Bandar Jaya
    • Lappung Baradatu
    • Lappung Investigasi
    • Lappung Kalianda
    • Lappung Kotabumi
    • Lappung Literasi
    • Lappung Metro
    • Lappung Mahkamah
    • Lappung Menggala
    • Lappung Pekon
    • Lappung Pesawaran
    • Lappung Pringsewu
    • Lappung Politik
    • Lappung Tanggamus
    • Lihat Semua Media Network →

      © 2022 Literasi Lappung.com All Right Reserved